Kamis, 28 November 2013

Kesalahan Saat Memulai Bisnis Multi Level Marketing (MLM)

Anda pasti sering mendengar betapa banyak kisah sukses di dunia MLM, dimana seorang yang asalnya betul-betul bangkrut kemudian dalam waktu yang sangat singkat dalam hitungan bulan tiba-tiba menjadi ‘super star’ dan menghasilkan sebuah kisah sukses dengan penghasilan hingga puluhan atau bahkan ratusan juta perbulan! Kemudian Anda di depan cermin melihat ‘seorang’ yang sudah tahunan menggeluti bisnis MLM dan status keuangan ‘orang tersebut’ tidak lebih baik dari sewaktu pertama memulainya. Ya, orang tersebut adalah Anda sendiri. Kini Anda bertanya-tanya, apakah Anda bisa mempercayai kisah-kisah sukses Yang dulu membuat Anda tertarik dengan bisnis ini.

Kenyataannya adalah sederhana: kisah-kisah sukses tersebut bukan sekedar Legenda atau khayalan. Kalau Anda pelaku MLM dan belum mencapainya hampir dapat dipastikan Anda telah melakukan 1 atau semuanya 7 Kesalahan Terbesar di Awal Karir MLM Anda. OK, kini saatnya Anda instropeksi dan mengoreksi kesalahan-kesalahan tersebut:

1. Anda menganggap MLM sebagai bisnis yang tidak perlu kerja keras.


Apakah MLM sebuah bisnis yang konsepnya sangat sederhana? Ya. Apakah cukup bekerja seadanya untuk mencapai sukses di dunia MLM? tidak, tidak dan tidak! Sebagian besar pelaku MLM beranggapan bahwa mereka dapat bergabung dengan bisnis MLM dan beberapa bulan kemudian mereka telah mendapatkan bonus puluhan juta perbulan tanpa bekerja keras. Hal tersebut sama sekali tidak benar. Para konsultan sukses MLM yang telah menikmati bonus bulanan hingga ratusan juta akan mengatakan: Anda harus bekerja keras dan cerdas dengan sistem yang ada dan penghasilan Anda bisa mencapai
puluhan bahkan ratusan kali.

KOREKSI : Anda harus menyadari bahwa bisnis MLM adalah suatu bisnis yang harus Anda kerjakan dengan penuh komitmen. Bedanya dengan pekerjaan konvensional adalah Anda kini yang menentukan sendiri seberapa tinggi Anda ingin sukses dan Anda tidak perlu repot memulainya, sebab perusahaan MLM sudah menyediakan semua system:
manajemen, produk, system bonus, dan training.

Meskipun ada sistem spillover dimana Anda bisa mendapat downline gratis, tapi itu bukanlah satu-satunya yang menjamin kesuksesan Anda. Sistem spillover hanya mempermudah namun tidak menjamin. Kerja keraslah yang menjamin Anda sukses.


2. Anda tidak memiliki target yang jelas! Kenapa Anda bergabung dengan
perusahaan MLM?

Apa yang Anda inginkan? Berapa bonus yang Anda ingin hasilkan? Jawaban UMUM dari
3 pertanyaan diatas umumnya adalah:
• Ingin dapat uang
• Ingin beli Mobil / Rumah
• Bonus yang besar
• Sebanyak-banyaknya.
Dengan pengertian dan jawaban seperti itu, berapa kira-kira bonus yang akan Anda hasilkan? Tidak banyak. Ingat, MLM adalah suatu bisnis dan Anda harus mempunyai target yang jelas untuk sukses dalam suatu bisnis. Cukup masuk akal bukan? Anda harus tahu berapa bonus yang ingin Anda dapatkan 6 bulan, 1-2 tahun yang akan datang dst.
Apa yang Anda lakukan dengan bonus-bonus tersebut: membeli BMW 325i baru ? Mengajak keluarga berwisata ?
Lalu kenapa 95% orang tidak memiliki target yang jelas ? Karena umumnya orang takut untuk membuat suatu target.

Bagaimana kalau tidak tercapai ? Begitu umumnya pikiran 95% orang.

Itu sebabnya 95% orang tersebut tidak puas dengan hidup mereka 95% orang tidak merasa mereka telah mencapai sesuatu yang dapat mereka banggakan.

Kunci dari suatu keberhasilan adalah Anda harus memiliki suatu target yang jelas apa yang Anda inginkan dari bisnis MLM Anda.

Rahasia pertama untuk menjadi multi-milyader adalah BERMIMPI IMPIAN YANG
BESAR (dream big dreams).

Koreksi: Bertanyalah kepada diri Anda: berapa bonus atau apa yang harus Anda miliki untuk sekarang menjadi ‘happy’? Anda harus segera memikirkan apa yang ingin Anda
hasilkan dari bisnis Anda: keliling dunia? Beli mobil dan rumah mewah?

3. Anda tidak memiliki dana operasional yang memadai

Meski bisnis hanya alih belanja namun sangat disarankan agar Anda punya lebih sedikit uang lagi untuk membeli buku motivasi, formulir, bikin brosur, hadiri pertemuan dll.


Apakah berarti bisnis MLM adalah bisnis yang mahal untuk memulainya? Tentu saja tidak. Coba bandingkan dengan bisnis lainnya.


Untuk memulai berjualan bakso saja, misalnya, Anda pasti butuh sekitar Rp. 5.000.000,- untuk membeli gerobak dorong, bahan pokok, dll. Dan berapa lama kira-kira Anda bisa mengembalikan modal tersebut?


Koreksi: Anda sebaiknya memulai bisnis MLM tidak dengan modal kosong. Paling tidak Anda harus memiliki penghasilan tetap untuk menghidupi kebutuhan minimal Anda sehari-hari entah dengan bekerja atau ambil untung dari berjualan produk. Jangan sampai Anda menghabiskan tabungan Anda untuk mengerjakan bisnis MLM yang mungkin baru membuahkan suatu penghasilan 1 tahun berikutnya.


4. Anda tidak mempunyai Mentor yang patut ditiru

Walaupun banyak cara untuk mencapai sukses, tapi alangkah bagusnya apabila ada yang mengajarkannya kepada Anda sehingga Anda tidak perlu susah-susah untuk menemukannya sendiri. Buat apa susah-susah mencari jalan, karena sudah banyak orang lain yang melakukannya. Anda tinggal melakukan hal yang sama mereka lakukan, maka Anda akan mendapatkan hasil yang sama pula.

Koreksi: Carilah di jajaran upline Anda siapa saja yang telah mencapai tingkat
kesuksesan seperti yang Anda inginkan. Kemudian tanyalah bagaimana ‘resep’ dan strategi mereka hingga mencapai sukses.


5. Anda terjebak dalam Management Trap

Sebetulnya ada 2 macam management trap yang bisa menjadi penghambat utama bisnis MLM Anda. Untungnya, solusi dari masalah tersebut semuanya tergantung pada Anda sendiri.

Pertama, Anda mengalami betapa sulit mensponsori seorang konsultan ke Bisnis MLM Anda. Itu sebabnya begitu mendapatkan beberapa konsultan, Anda sedemikian kuatir kehilangan mereka. Segala cara apapun Anda lakukan untuk ‘memberikan servis’ agar mereka tidak kecewa dan berhenti mengerjakan bisnis MLM Anda , mulai dari memberikan fasilitas brosur, downline, dll.
merekrut konsultan baru dan memberikannya kepada konsultan yang ‘malas, diorganisasi kita dengan harapan mereka akan ‘termotivasi’ untuk menjadi aktif.

Berapa kali atau berapa persentase keberhasilannya? Paling banyak 1 atau 2 %. Motivasi adalah suatu sifat dari dalam diri kita sendiri, bukan dari luar. Sering seorang Konsultan memohon ‘beri saya downline dong, biar semangat.’

Atau, sering kita mendengar konsultan merengek ‘upline harus bantuin downline dong, biar termotivasi
untuk bekerja.’ Ingat, tugas upline atau sponsor memang membantu, tapi hanya dalam hal support atau training dan bukan memberi downline, brosur dll.

Seharusnya Anda justru banyak melakukan seleksi untuk memilih dengan siapa Anda sebaiknya melakukan investasi waktu dan pembinaan. Ada pepatah klasik di MLM yang mengatakan: Jangan mengirim anak ayam ke sekolah rajawali. Artinya semua orang memang mengatakan ingin sukses, kaya, dsb., tapi hanya sebagian kecil yang betul-betul mau bekerja sesuai dengan komitmennya.

Koreksi: Pertama, buatlah suatu sistem dimana Anda bisa terus menerus mensponsori member baru. Ingat, New members = new blood = new life. Sponsori semuanya langsung oleh Anda hingga Anda menemukan 3-5 individual yang betul-betul komitmen untuk sukses apapun resikonya. Berikan training kepada individual tersebut. Setelah mereka mandiri dalam 2-3 bulan, carilah lagi member baru untuk menggantikan mereka yang telah mandiri. Kemudian pantaulah perkembangan para leaders Anda: diskusi, presentasi dan bila perlu beramh-tamah untuk mempererat hubungan. Ajarkan kepada
mereka untuk melakukan hal yang sama terhadap para leaders mereka. Artinya, duplikasikan kepedulian Anda kepada seluruh organisasi Anda.


6. Anda tidak mempunyai komitmen.

Anda juga perlu komitmen terhadap target Anda sendiri. Istilahnya: It’s now or never!
Target yang jelas (Kesalahan no. 2) dan komitmen sebetulnya merupakan satu kesatuan yang saling mendukung. Kadang-kadang kita merasa frustrasi dengan perkembangan bisnis kita, tapi selama kita tetap berkomitmen untuk mencapai target, kita akan kembali bersemangat.

Koreksi: fokus dan bertanyalah pada diri Anda, apa yang Anda bersedia lakukan untuk mencapai semua target? Kemudian jangan menyerah sebelum target tersebut tercapai.


7.Anda tidak belajar untuk sukses dan mandiri 

Kemampuan apa saja yang Anda perlukan untuk sukses dalam bisnis MLM? Atau lebih tepat, apa saja yang harus Anda lakukan?
Cukup sederhana:
• Konsumsi produk-produk MLM Anda, jadilah product of the products
• Lakukan promosi offline dengan memberikan presentasi yang optimal dan terus
menerus untuk mensponsori konsultan baru.
• Lakukan promosi online untuk mensponsori konsultan baru dan binalah secara
online.
• Lakukan training kepada Jaringan Anda agar menduplikasikan ke-3 hal tersebut
di atas.

Sederhana, bukan? Tapi berapa banyak konsultan yang melakukannya? Tanpa
mempercayai dan mengkonsumsi sendiri produk MLM Anda , sangatlah sulit untuk membuat orang lain mengkonsumsinya untuk jangka waktu yang panjang. Ingat, tidak semua konsultan akan menghasilkan bonus yang besar di organisasi Anda.

Tapi selama mereka mempercayai dan mengkonsumsi produk, Anda akan terus mendapatkan bonus.

Produk adalah kunci utama apakah Anda akhirnya akan bisa pensiun dari bisnis MLM Anda (baru system bonus yang menentukan seberapa besar uang pensiun Anda tersebut).
Seringkali konsultan MLM tidak mau belajar bagaimana memberikan presentasi, apalagi training.

Padahal presentasi adalah nafas hidup bisnis MLM Anda.

Nah, kini Anda bisa menganalisa apakah Anda melakukan kesalahan klasik diatas? Anda bisa menyadari dan mengakui kesalahan mana yang Anda lakukan dan Anda DUPLIKASIKAN. Perbaiki kesalahan tersebut dan mulailah mengerjakan bisnis MLM seperti layaknya mereka yang sukses. Dan yang terpenting, jangan Anda pernah merasa putus harapan dengan bisnis ini karena kesalahan di masa lampau.

Rabu, 27 November 2013

11 LANGKAH BAGI PEMULA DI BISNIS MLM


Buat para pemula, 11 langkah ini mungkin dapat dijadikan panduan dalam menggeluti bisnis MLM. Setidaknya, 11 langkah ini memberikan pemahaman tentang cara bisnis ini bekerja.


Sebut saja namanya Anton. Dua bulan lalu, mahasiswa fakultas ekonomi di sebuah universitas swasta di Surabaya ini bergabung dengan perusahaan MLM. Ia begitu antusias, karena khasiat dan manfaat produknya telah dirasakan. Sebab, ambeien yang menahun, kini jarang kambuh lagi setelah mengkonsumsi produk MLM. Bagi Anton, kualitas produknya tersebut merupakan suatu peluang. Artinya, penderita macam dirinya, jumlahnya mencapai ribuan. Mereka pasti membutuhkan produk tersebut.

Dan, pengalamannya yang diperolehnya, merupakan suatu kesaksian yang dapat memberikan sugesti kepada si penderita. Jadi, bujangan asal Surabaya, Jawa Timur ini yakin bakal mendulang kesuksesan di MLM. 

Hanya saja, persoalannya tidak semudah itu. Maklumlah, Anton masih ”Buta” tentang MLM. Di benaknya, MLM cuma sebatas menjual produk, mencari pelanggan dan konsumen. Sementara merekrut, mensponsori, dinilainya akan mengurangi jumlah pelangganya. Ia tidak mengantongi keuntungan yang lazimnya disebut eceran, selisih harga distributor dan konsumen. 

Paradigma Anton tersebut tentu saja keliru, sebab di bisnis MLM menjual dan merekrut, harus dilakukan secara seimbang. Seseorang tidak mungkin mendapat bonus baik motor, mobil, rumah dan sebagainya, tanpa membentuk jaringan (group downline). Maklumlah, bonus yang dikucurkan oleh MLM itu, ditentukan berdasarkan omset penjualan jaringan. Tidak melulu pribadi. 
Bukan hanya itu saja, dengan merekrut walaupun kehilangan pelanggan, perolehan poin yang diperoleh bakal cepat melesat. Sebab, perolehan poin dalam MLM dihitung berdasarkan pembelian produk secara pribadi maupun dari downline di dalam jaringan. Jadi, sekali lagi, hanya dengan merekrut dan member dijaringan punya omset, jumlah poin akan bertambah, sehingga tingkat diskon juga bertambah. 

Lantas, pertanyaan yang patut diajukan, bagaimana caranya memulai bisnis ini bagi para pemula, seperti halnya Anton tadi ? 

Lagi-lagi jawabnya tidak ada resep yang jitu dan instan. Semua tergantung kepada wawasan dan pemahaman tentang bisnis MLM, plus antusias dan kemauan yang besar. Tanpa kedua hal itu, jangan berharap dapat mendulang kesuksesan di MLM. Mungkin juga, 11 langkah dibawah ini dapat dijadikan panduan dalam menggeluti bisnis MLM yang dapat diduplikasikan bagi para pemula :

1. Tetapkan keinginan anda di bisnis ini. Padukan tujuan hidup anda dan tujuan bisnis ini, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Cobalah tempelkan tujuan hidup anda di tempat-tempat yang sering anda lalui. Misal, di ruang kerja anda, di kamar, di ruang tamu dan sebagainya. Gunanya tidak lain agar anda disiplin dan memotivasi diri anda mencapai tujuan tersebut.

2. Pelajarilah dengan serius MLM, baik mengikuti training yang dilakukan perusahaan maupun para leader. Bertanyalah kepada upline ataupun banyak membaca buku tentang MLM. Catatlah jawaban jawaban yang diperoleh, ataupun kiat-kiat khusus dalam sebuah buku. Ini untuk sekedar mengingatkan saja.

3. Membeli produk, mengkonsumsi dan merasakan khasiat produknya. Cobalah pelajari tentang semua produk, khususnya produk yang menjadi unggulan.

4. Mulai menawarkan produk tersebut ke lingkungan terdekat. Misalnya anggota keluarga, tetangga dan sahabat.

5. Buat daftar prospek dari semua nama yang anda ketahui (minimal 10 nama perminggu, lebih banyak lebih bagus). Undanglah atau mendatangi mereka dengan membuat satu acara. Misalnya home sharing.

6. Ajaklah prospek tersebut bergabung. Dalam mensponsori mereka, hendaknya anda didampingi oleh leader maupun upline yang dapat memberikan pemahaman dan penjelasan tentang bisnis MLM. ketika para prospek bergabung, mereka adalah partner kerja anda. Pilihlah yang paling bersemangat sebagai partner spesial, dan berhubungan agar menjadi team leader.

7. Mempelajari bagaimana mempresentasikan peluang bisnis pada diri anda sendiri dan bagaimana menjual dengan cara anda. Latihlah semuanya sehingga anda benar-benar menguasai.

8. Aturlah waktu agar dapat melakukan aktivitas sebanyak mungkin di bisnis MLM.

9. Tetap Fokus. Jangan jadi ”distributor Supermarket“. Senantiasalah berkonsentrasi.

10. Jangan berhenti mengkonsumsi produk yang anda jual. Sebab, para konsumen maupun pelanggan sering bertanya apakah anda menggunakan produk tersebut. Jadi teruslah perdalam tentang pengetahuan produk.

11. Berikan dorongan pada mereka yang anda rekrut, dan bantulah mereka mencapai kesuksesan yang diinginkan. Ingatlah, salah satu kunci sukses di MLM adalah membantu orang lain menuju sukses. Jadi jangan individualistis. Jangan pernah mencuri prospek mereka. Cari lebih banyak member untuk tim anda. Dalam kata-kata W. Clement Stone, anda dapat memotivasi orang lain untuk melakukan keinginan anda ketika anda memberinya kesempatan dan memberi keinginannya.

Senin, 07 Oktober 2013

Konsep dan Prinsip Manajemen Konsep dan Prinsip Manajemen (secara umum)


1.     Konsep Manajemen
Pengertian manajemen sangat universal tetapi tidak ada kesepakatan mengenai batasannya banyak definisi yang dapat di pilih sesuai dengan tujuan msing-masing. Batasan yang paling singkat mengenai manajemen ialah :
Manajemen ialah membuat pekerjaan selesai (getting things done).
Prinsip yang mendasari batasan ini adalah “komitmen pencapaian”, yakni komitmen untuk melakukan kegiatan yang bertujuan, bukan semata-mata kegiatan. Untuk menegaskan gagasan tujuan ini, maka batasannya dapat ditulis ulang sebagai : “manajemen adalah mengungkapkan apa yang hendak dikerjakan, dan kemudiaan menyelesaikannya”. Dengan kata lain, manajemen menentukan tujuannya dahulu dengan pasti (yakni menyatakan dengan rinci apa yang hendak dituju) dan mencapainya.
Menurut Muninjaya 1999, Manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetepkan ebelumnya.

2.     Prinsip-prinsip Manajemen
Tiga prinsip pokok manajemen adalah efisien, efektif dan rasional dalam mengambil keputusan.
*      Efisiensi
Efisien adalah bagaimana mencapai akhir dengan hanya menggunakan sarana yang perlu, atau dengan menggunakan sarana sesedikit mungkin.
Efisiensi adalah ukuran mengenai hubungan antara hasil yang dicapai dengan usaha yang telah dikeluarkan (misalnya oleh seorang tenaga kesehatan).
*      Efektivitas
Efektifitas adalah seberapa besar suatu tujuan sedang, atau telah tercapai,.
Efektifitas merupakan suatu yang hendak di tingglkan oleh manajemen.
*      Rasional dalam mengambil keputusan
Pengambilan keputusan yang rasional sangat diperlukan dalam proses manajemen. KEPUTUSAN merupakan suatu pilihan dalam dan dua atau lebih tindakan. Dalam istilah manajemen, pengambilan keputusan merupakan jawaban ataspertanyaan tentang perkembangan suatu kegiatan.

Sabtu, 24 Agustus 2013

PROGRAM RECOVERY BARE CORE




ZERO WASTE INDUSTRI PERKAYUAN



 ZERO WASTE INDUSTRI PERKAYUAN

Zero waste ini secara praktis dimaksudkan sebagai suatu tujuan baru dalam abad yang baru ini untuk merancang kembali melalui suatu pendekatan sistem yang menyeluruh bagi alur pemanfaatan sumberdaya atau bahan-bahan untuk kepentingan produksi (Haryatno,2005:1). Pada prinsipnya Zero waste dapat dipahami sebagai upaya memaksimalkan sistem daur-ulang dan meminimalisasi limbah (waste). Dalam prakteknya adalah upaya untuk meyakinkan agar bahwa produk-produk yang dihasilkan dapat didaur-ulang, diperbaiki, digunakan kembali oleh alam atau dalam pasar. Melalui Zero waste ini paling tidak bisa diterapkan dalam suatu sistem proses manufaktur agar sumberdaya yang digunakan tidak hilang dan menjadi langka atau dengan kata lain lebih memberikan jaminan keberlangsungan manfaat sumberdaya tadi. Dengan demikian sumberdaya atau bahan-bahan yang digunakan untuk membuat suatu produk tidak hanya menjadi limbah atau sampah yang dibuang ke tempat penampungan sampah ataupun dibakar dan dimusnahkan dalam suatu alat insinerator.
Kebijakan gerakan Zero waste ini ditujukan kepada seluruh stakeholder, mulai dari seluruh lapisan masyarakat, industri dan juga pemerintah daerah yang bersangkutan. Zero waste ini merupakan suatu program aksi yang bertujuan untuk merubah mentalitas "menerima, membuat dan membuang limbah". Diantara mahluk hidup yang ada yaitu hewan, manusia dan tanaman maka hanya manusialah yang secara sadar belum banyak berpikir dan berbuat untuk menerapkan prinsip-prinsip Zero waste secara penuh di bumi ini. Mereka ini diharapkan dapat memiliki cara berpikir dan bertindak untuk tidak menghabiskan sumberdaya alam dan buatan dalam suatu periode pembangunan tertentu. Sebagai suatu konsep operasional maka Zero waste ini tidaklah sama dengan konsep "100% recycling". Pada konsep "100% recycling" maka visi pembangunan ditetapkan untuk dilakukan sepenuhnya oleh seluruh lapisan masyarakat. Sedangkan dalam konsep Zero waste. Tanggung jawab itu dibebankan secara proporsional antara industri dan masyarakat (dual responsibility). Kalangan industri hendaknya membuat suatu produk yang limbahnya tidak dibebankan kepada masyarakat. Secara praktis kedua pihak harus mampu untuk mengurangi terjadinya limbah, baik mulai dari proses pengembangan bahan baku sampai dengan bentuk produk yang dilempar ke pasar.
Konsep Zero waste penggunaan bahan baku kayu sebenarnya telah lama muncul (di seminar industri perkayuan pada akhir tahun 1970-an) mengantisipasi berkurangnya kemampuan pasokan dan untuk memberikan nilai tambah yang lebih tinggi pada hasil kayu dari hutan alam. Konsep ini diharapkan dapat diimplementasikan mulai dari penebangan hutan hingga penggunaan bahan baku di industri. Meskipun beberapa industri pengolahan kayu telah mencoba mengurangi limbah kayu khususnya yang berskala besar dengan membangun integrated wood industri, sebagai contoh : yang menggabungkan antara pabrik kayu lapis dan blockboard atau particleboard, ataupun dengan menggunakan mesin-mesin kupas yang menghasilkan core yang sangat kecil (spindles) namun Zero waste tidak pernah tercapai secara significant dimana tetap saja terjadi limbah di tempat penebangan maupun di industri dalam jumlah yang cukup besar. Teknologi produksi buatan Eropa atau Amerika tentunya dirancang untuk dioperasikan dengan menggunakan tenaga manusia yang seminimal mungkin karena mahalnya biaya tenaga kerja di negara-negara industri maju sehingga mereka tetap memiliki daya saing dengan teknologi produksi lain yang semi manual atau manual khususnya yang banyak digunakan di negara berkembang.
 Sebagaimana layaknya sistem ekologi maka prinsip-prinsip dari konsep zero waste ini akan berhasil apabila seluruh bagian masyarakat yang terkait dalam sistem kehidupan di suatu entitas daerah dapat berpartisipasi secara aktif sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing dalam menjakan prinsip zero waste tadi. Tentunya, menciptakan komunitas zero waste ini bukan suatu pekerjaan yang mudah dan memerlukan suatu proses yang cukup panjang. Hal ini mengingat kompleksitas masalah yang dihadapi berkaitan dengan syarat-syarat dalam menjalankan prinsip-prisip zero waste. Oleh karena itu diperlukan suatu program jangka panjang yang melibatkan seluruh stakeholder daerah yang bersangkutan.
Diantara bagian yang tersulit untuk menjalankan program zero waste adalah merubah cara berpikir dan sikap hingga tingkah laku sampai dengan dapat terciptanya budaya zero waste. Sebagai contoh adalah program gerakan zero waste yang dikembangkan di kota California dan Oregon di Amerika Serikat. Walaupun dapat dikatakan bahwa rata-rata kualitas fisik masyarakat di kedua kota tersebut lebih baik dari masyarakat di kota-kota di Indonesia dan ditambah dengan budaya perkotaan yang relatif lebih homogen, namun mereka masih membutuhkan waktu tidak kurang dari 15-20 tahun untuk dapat mencapai komunitas zero waste secara menyeluruh. Satu hal yang sama dari kedua kota tersebut adalah adanya keyakinan kuat akan pentingnya bekerja menjalankan prinsip-prinsip zero waste untuk menjamin keberlangsungan kehidupan mereka dimasa yang akan datang. Bahkan mereka menetapkan visi pembangunan 2020 mereka adalah konsep zero waste. Bagi mereka bekerja untuk menjalankan prinsi-prinsip zero waste ini merupakan bagian penting untuk menjamin kerberadaan sumberdaya ekonomis (sustainable bahan bakus economy), baik yang bersifat tangible, intangible maupun very intangible, yang diperlukan bagi kehidupan mereka nantinya. Dengan demikian mereka yakin bahwa kehidupan mereka saat ini tidak membebani lebih dalam daya dukung sumberdaya yang ada di planet bumi ini sekaligus juga tidak membebani kehidupan di masa yang akan datang.
Dalam prinsip zero waste paling tidak ditekankan adanya sikap untuk mampu memanfaatkan kembali (reuse) dan memulihkan barang-barang atau produk yang telah dimanfaatkan atau dikonsumsi (post-consumers) menjadi produk yang diperbaharui. Upaya menjalankan prinsip zero waste tadi dinilai akan jauh lebih baik dibandingkan dengan manajemen limbah (waste management) karena dalam zero waste cenderung melakukan aksi prefentif ketimbang kuratif seperti yang diterapkan dalam manajemen limbah. Lebih dari itu, mengurangi adanya limbah dalam setiap proses produksi sampai dengan tahap setelah dimanfaatkan (post-consumers) dapat meningkatkan produktifitas satu entitas kegiatan, baik ditinjau dari sisi sektoral maupun regional. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa mengurangi terbentuknya limbah dapat meningkatkan nilai produktifitas ditinjau dari jumlah bahan atau sumberdaya yang dapat dihemat. Teknik perhitungan yang sudah diterapkan dibeberapa negara menyangkut produktifitas ini adalah Total Factor Productivity (TFP). Dalam TFP ini tidak lagi menggunakan faktor tunggal yaitu tenaga kerja saja dalam menghitung produktifitas (misalnya jam bekerja per tenaga kerja atau jumlah barang yang dihasilkan per tenaga kerja) tetapi juga mengakomodasi faktor-faktor tenaga kerja, modal, energi dan bahan yang dikonsumsi dalam proses produksi. Dari hasil perhitungan ini dapat diperoleh gambaran hasil dampak dari pengurangan limbah terhadap nilai produktifitas keseluruhan. Selain itu juga dapat pula diperoleh nilai efisiensi keseluruhan dari suatu rangkaian proses produksi sampai dengan post-consumers.
Mengingat kompleksitasnya permasalahan ini dan keberanian sosial-budaya untuk merubah paradigma pembangunan lama maka proses edukasi merupakan tahap awal yang penting dalam menerapkan prinsip-prinsip zero waste. Proses perubahan paradigma pembangunan ini harus melibatkan segala unsur dalam proses pembuatan keputusan. Proses pengambilan keputusan ini akan melibatkan seluruh stakeholder, untuk itu mereka harus bekerjasama. Perubahan paradigma ini disebutkan sebagai era bonding (Henderson, 2000). Secara global, perubahan ini diperkirakan akan memunculkan sektor-sektor pembangunan yang baru.
Dengan dijalankannya program zero waste maka dilakukan pemanfaatan limbah produksi di industri perkayuan untuk membuat suatu produk yang memiliki harga jual yang competitif. Dengan begitu akan menurunkan bahan baku cost untuk keseluruhan proses produksi. Dengan menurunnya material  cost maka akan menurunkan harga pokok produksi yang tentunya meningkatkan keuntungan bagi perusahaan.